Dengan tinggi 165 cm, bobot 26 kg membuat Christine Akbanjar tampak kurus kering. "Seperti tengkorak. Saya ngeri melihatnya", katanya. Kanker ovarium stadium III D menggerogoti tubuh mantan dosen Institut Pertanian Bogor itu. Perutnya membuncit, persis orang hamil, memaksannya harus menggenakan daster setiap hari. Celakanya sel kanker metastesis alias menjalar kebagian tubuh lain. Penghujung Desember 2005 perempuan 64 tahun itu bagai menanti dentang lonceng kematian. Ia berkata, harapan hidupnya tipis.


Kanker ovarium stadium III D itu terdeteksi setelah Christine Albanjar berkali-kali memeriksakan diri di 3 rumahsakit. Semula dokter mendiagnosis infeksi usus besar. Christine akhirnya menjalani operasi di Rumahsakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Setelah 8 hari opname, ia kembali kerumha di Sempur Kaler, Bogor. Namun, tak lama berselang, perutnya kembali membuncit sebagai indikasi sel kanker tetap bercokol.


Dari 6 kali kemoterapi yang disarankan dokter, ia hanya menjalani 3 kali. Januari 2006, rekannya Luki F Hardian membezuk mantan perawat di Nairobi, Kenya dan Tripoli, Libya itu. Saat itu Luki juga memberikan minyak buah merah sehingga Christine rutin mengkkonsumsi 1 sendok makan 3 kali sehari. Efeknya terasa sekali. Nafsu makan mulai bangkit. Tiga pekan berselang, perutnya mengempis. Ia segera memerikasakan ke dokter. "Dokter sampai heran. Bagus sekali reaksi kemoterapinya", kata Christine menirukan ucapan dokter. Christine tak memberitahu dokter jika ia mengkonsumsi buah merah.

Saat itu alumnus Universitas Negeri Jakarta itu menjalani kemoterapi untuk kedua kalinya. Ia melanjutkan kkonsumsi minyak Pandanus Conoideus. Pada Juli 2006 ia menjalani tes darah dan pemeriksaan lain. Hasilnya? Dokter menyatakan, ia sembuh. Kini bobotnya melonjak 70 kg. Rambutnya tumbuh lebat di kepalanya yang semula plontos. Sembuhnya ibu 3 anak itu dasri penyakit maut bukan kebetulan belaka, tapi dapat dibuktikna secara ilmiah.

Riset

Setahun terakhir, banyak yang membuktikan khsiat buah merah. Prof.Dr.Sumali Wiryowidagdo dari jurusan Farmasi Universitas Indonesia membuktikannya melalui riset in vitro. Sang guru besar itu memanfaatkan sel L 1210 dan HeLa masing-masing penyebab kanker leukemia dan kenker rahim. Sel kanker dimasukkan ke media di cawan dan diinkubasikan. Buah merah diberikan bertahap dari dosis terkecil hingga menyebabkan kematian 50% sel kanker.

Penghabatan pertumbuhan sel kanker dihitung dengan microplate reder. Kemampuan buah merah mematikan 50% sel, indikator adanya aktivitas antikanker. Hasil riset menunjukkan, sari buah merah terbukti antikanker leukemia. Nilai LC50 mencapai 20,04ug/ml. Artinya, untuk mematikan 50% total sel kanker, perlu sari buah merah berdosis 20,04ug/ml. Sedangkan nilai LC50 untuk sel HeLa 240ug/ml.

Prof.Sumali juga membuktikan, buah merah sebagai antitumor. Ia memanfaatkan jasa baik mencit galur sprague dawley berumur 4 pekan dan berbobot rata 150g. "Sukarelawan" itu dibagi 6 kelompok masing-masing 20 mencit. Sebelumnya kerabat tikus itu diaklimatisasi selama 2 pekan untuk memantau kesehatan. Mencit sakit selama aklimatisasi tidak diikutsertakan dalam percobaan. Kelompok I sebagai kontrol negatif. Mereka diberi 1 ml minyak wijen. Sedangkan kelompok 11 kontrol positif. Grup itu diberi 15 mg dimetilbenzanthrasen (DMBA) yang dilarutkan dalam 1 ml minyak wijen. DMBA agen karsinogenik yang memicu rumor. DMBA berdosis sama pun diberikan pada kelompok III, IV, V, dan VI. Kelompok III sebagai kelompok preventif. Tujuannya untuk melihat aktivitas pencegahan tumor. Oleh sebeb itu, buah merah diberikan 2 pekan sebelum sampai akhir percobaan selama 120 hari. Dosis 0,43 ml/200g bobot tubuh mencit per hari.

Sedangkan tiga kelompok lain untuk mengetahui aktivitas penyembuhan. Sari buah merah diberikan dengan dosis masing-masing 0,21 ml, 0,43 ml, dan 0,86 ml/200g bobot tubuh mencit per hari. Empat bulan kemudian, tumbuh tumor paru-paru pada kelompok II dan III masing-masing 2,391 g dan 23,572 g. Sedangkan kelompok IV-IV, efek penghambatan tumor berbeda-beda. Efek antitumor terbaik tampak pada kelompok IV. Buah merah berdosis 0,21 ml/200g bobot tubuh mencit per hari berefek menghambat tumor. Jika dikonversi ke dosis manusia, setara 12 ml atau 1 sendok makan.

Proliferasi

Pembuktian lain ditempuh Hening Pujasari dan Dra.Puspita Eka Wuyung masing-masing dari Fakultas Keperawatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Uji in vivo itu melibatkan 40 mencit strain C3H yang menderita tumor kelenjar susu. Mus musculus itu sengaja dibiakkan inses selama 20 generasi sejak 1960. Hasil riset menujukkan, anggota famili Pandanaceae itu menurunkan aktivitas proliferasi atau pembiakan sel tumor.

Dosis optimal 0,2 ml per hari. "Buah merah menghambat proliferasi dengan memotong siklus sel dari fase G0 ke G1", ujar dosen bidang Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. Selain anti proliferasi, buah merah juga mengatasi tumor degan mekanisme apoptosis. Artinya buah merah mengembalikan sifat kealamiahan sel. Sel akhirnya mati dengan program bunuh diri. Dalam dunia medis dikenal istilah suiside programme.

Pada tubuh sehat, jumlah sel mati. Namun, sel penderita kanker menjadi "sakti", tak pernah mati. Dampaknya perkembangannya tidak terkendali. Sayang, meski aktivitas apoptosis cenderung meningkat, buah merah tidak mampu mendongkrak apoptosis secara signifikan. Penelitian lain ditempuh oleh Susanti, periset South East Asia Food and Agricultural Science an Technology Center (Seafast). Seafast lembaga kerja sama antara Institut Pertanian Bogor dan Texas A&M University. Susanti memberikan secara oral minyak buah merah kepada mencit. Dosis perkelompok beragam, 0,05 ml, kemudian 0,5 ml dan 1,0 ml.

"Penambahan dosis minyak buah merah berpengaruh nyata terhadap peningkatan proliferasi sel limfosit", ujar alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Bogor (IPB) itu. Lomfosit berperan terhadap sistem imunitas sel. Dengan dosis 0,5 ml per ekor per hari, jumlah sel limfosit menjadi 1,7 x 10 pangkat 6 (sel/ml) pada pekan ke-3. Pada pekan kedua, jumlahnya 7,9 x 10 pangkat 5 (sel/ml). Pada pekan ke-8, jumlahnya melonjak hingga 1,5 x 10 pangkat 7 (sel/ml). Limfosit meningkat antara lain lantaran adanya antigen atau hapten. Gapten merupakan molekul yang bereaksi dengan antibodi, tapi tak mampu merangsang pembentukan antibodi sevara langsung. Pemicu lainnya, struktur molekul lipida ekstrak buah merah mirip lipopolisakarida (LPS). LPS mampu berikatan degna membran plasma untuk mengaktifkan siklus sel limfosit.

Antigula

Pamor buah merah melejit pada 2005. ia menjadi buah bibir karena secara empiris menyembuhkan banyak penyakit. Ketika itu memang belum ada bukti ilmiah. Sekarang satu per satu khasiat buah merah tersingkap. Selin tumor dan kanker, tawi sebutannya di Wamena, Papua terbukti sebagai antidiabetes mellitus. Itu dibuktikan oleh Prof.Dr.Elin Yulinah Sukandar dari Institut Teknologi Bandung.

Pengujian pada 30 mencit yang diberi 20 mg aloxan untuk mengtrol kadar gula darah gingga 20 -90 mg/dl. Kadar normal pada mencit 18,5 mg/dl. Guru besar Farmasi ITB itu memberikan ekstrak buah merah berdosis berbeda untuk setiap kelompok: 0,04 ml, 0,14 ml, dan 0,20 ml. Hasil terbaik dicapai oleh kelompok yang diberi dosis 0,04 ml. Kadar gula darahnya turun 15% setelah 1 hari perlakuan: 17%, setelah 7 hari.

Glibenkalmid (obat sintesis khusus diabetes) harus diminum terus-menerus untuk mempertahankan gula darah. Buah merah tidak, setelah 2 bulan gula darah normal dan tanpa konsumsi lagi, ujar Elin. Dalam riset itu, tak terdeteksi adanya efek samping pemanfaatan buah merah untuk diabetes mellitus.

Doktor Farmakologi itu juga mebuktikan buah merah tokcer mengatasi asam urat. Dalam riset in vivo mencit diberi 250 mg kalum aksalat untuk memacu kadar asam urat. Dua jam setelah diberi minyak buah merah, kadar asam urat turun. Dosis paling efektif untuk menurunkan asam urat adalah 2,7 ml. Dalam waktu 9 jam, asam urat kembali ke kadar normal. Hasil itu setara dengan obat antiasam urat yang beredar di pasaran seperti alopurinol dan probenesid.

Penelitian buah merah membuktikan Pandanus conoideus itu mampu mengatasi beragam penyakit kanker, tumor, diabetes mellitus, dan asam urat. Faedah lain, masih harus disingkap dengan riset shahih yang sebagian tangah berlangsung. Dengan demikian, konsumen juga terlindungi.
 

(Sumber berita: www.ditplb.or.id)

 

Kembali ke Articles